Minggu, 8 Oktober 2017

 

Kontributor:
Aylanda Dwi Nugroho
(Jemaat GKI "Emaus")

">


20 November 2017 / Berita Sukita Terkini

Gamelan Bali
Mengiringi Puji-Pujian Gereja


media

GKI "Emaus" Surabaya
Minggu, 8 Oktober 2017

 

Kontributor:
Aylanda Dwi Nugroho
(Jemaat GKI "Emaus")

Pada umumnya kita menganggap budaya Bali identik dengan agama Hindu. Tetapi dalam kebaktian GKI "Emaus" tanggal 8 Oktober 2017, seluruh puji-pujian diiringi oleh gamelan Bali lengkap.

Lagu-lagunya umum dan sering kita nyanyikan, karena diambil dari PKJ dan NKB. Tetapi terdengar rancak diiringi pukulan pada Gangsa, Calung, Jegong, Riong, Kendang, Ceng-ceng, dan tak lupa Gong, Kempur (gong sedang) dan Kentong (gong kecil).

Rombongan yang berjumlah 30 orang ini dipimpin Ketut Adi Wirawan. Mereka terdiri dari Pdt Hetty, 19 penabuh gamelan, 7 anak-anak penari, pemandu pujian, dan tim perlengkapan. Mereka berkunjung ke Surabaya karena mengisi acara di Temu Akrab Lansia (TAL) tanggal 7 Oktober 2017.

Tim gamelan Bali ini bernama Sekehe Gong Kaum Bapak “Kristawinangun”. Mereka adalah jemaat Gereja Kristen Protestan di Bali atau GKPB, Jemaat Pniel, di desa Blimbingsari, Kabupaten Jembrana, Bali.

Mungkin banyak dari kita yang tidak tahu. Tetapi jemaat GKPB di Blimbingsari ini sudah terbentuk sejak jaman Belanda. Sekarang boleh dikata penduduk Blimbingsari adalah 100% Kristen. Seluruh aktifis dan jemaat adalah keluarga-keluarga di desa itu. Jadi kehidupan bergereja termasuk dalam kegiatan mereka sehari-hari.

Seusai kebaktian, beberapa jemaat "Emaus" mengatakan senang mengikuti kebaktian dengan gamelan Bali. Menarik sekali kalau seni budaya tradisional Indonesia dapat menyatu dalam kebaktian. Namun, ada juga yang mengatakan lagu-lagu umum yang dinyanyikan jadi terasa asing di telinga.

Ini karena notasi gamelan dan musik Barat memang berbeda. Musik gamelan termasuk musik pentatonik, yang satu oktafnya terdiri dari lima nada yaitu do re mi sol la, dan tidak ada nada setengah, misalnya fi. Sedangkan lagu-lagu gereja mengikuti musik Barat dengan tujuh nada, do re mi fa sol la si, dan ada nada setengah. Jadi ada nada-nada yang harus disesuaikan.

Namun secara keseluruhan, kebaktian berjalan dengan baik. Kiranya interaksi singkat antara jemaat Kristen di Surabaya dan di Bali bisa makin dipererat.